Rabu, 15 April 2015

Membatik @Taman Pintar Jogjakarta


Belajar Membatik & Membuat Gerabah


Siang bolong di kota Gudeg. 

Cuaca cukup panas. Apalagi bagi saya dan beberapa siswi SDN Kauman 1 Malang yang sedang menyusuri alun-alun utara setelah sowan dari tempat kediaman Sultan, tambah gerah rasanya. 

Peluh masih bercucuran.  Rupa ne kabeh  pasti abang ireng kepanasan iki.... Kasihan anak-anak..... mereka semua pasti juga kepanasan.

Saya jadi bertanya-tanya, apakah sehari harinya Jogja memang panas seperti ini.... atau ini hanya perasaan saya saja ? Sampai sampai, saya begitu bernafsu untuk selalu menenggak minuman dingin (es) padahal biasanya tidak demikian. Saya lebih suka yang dingin biasa atau yang hangat.

Ngadem dibangku  bawah pohon di area parkir bis di jalan Panembahan Senopati, sembari melihat tukang parkir yang sibuk mengatur rombongan bis yang bergantian masuk. 
Panas, hiruk pikuk, bau asap bis bercampur menjadi satu.... Nano-nano rasanya....

Anak-anak mulai berdatangan gerombol demi gerombol dan segera berkumpul. Ya, kami hendak berkunjung ke Taman Pintar yang berada di seberang jalan selepas mengunjungi Keraton Ngayogyakarta.


Taman Pintar.... sebuah wahana belajar ilmu pengetahuan yang dikemas dalam bentuk rekreasi dengan dilengkapi alat peraga iptek. 

Sebuah wahana belajar yang diharapkan dapat menumbuhkembangkan minat anak-anak yang tidak saja terbatas pada ilmu pengetahuan/teknologi terkini namun juga terhadap pengetahuan yang bersifat tradisional. 


Ya, pengetahuan yang telah diwariskan secara turun –temurun dan lestari hingga kini, membuat gerabah dan membatik diantaranya.

Di Taman Pintar ini diajarkan secara sederhana cara membuat gerabah dan membatik
Lokasi nya berada di belakang pos sekuriti, bersebelahan dengan bus hitam “KPK Learning Centre”. 
membuat sketsa diatas kain

Membatik, menilik asal katanya berasal dari bahasa Jawa amba dan titik

Amba mempunyai arti kain, sedangkan titik adalah menaruh malam yang telah dicairkan ke motif di kain  dengan cara di titik-titik. 


“Menulis” pola yang telah tergambar di kain dengan alat yang disebut dengan canting. Cara ini melahirkan apa disebut dengan batik tulis.


Canting yang digunakan untuk membatik tidak terbatas satu jenis saja namun banyak macamnya disesuaikan dengan kegunaannya, misalnya :
~Canting reng-rengan, yaitu canting berukuran cucuk sedang bercucuk tunggal. Canting ini biasanya digunakan untuk membuat kerangka motif batik.
~Canting isen, yaitu canting berukuran cucuk kecil dengan bercucuk tunggal ataupun rangkap (cecek, loron, telon, papatan, liman). Canting ini  biasanya digunakan untuk mengisi kerangka motif batik.
Ada lagi yang disebut dengan canting byok. Istilah canting byok digunakan untuk menyebut canting bercucuk ganjil. Canting ini digunakan untuk membentuk lingkaran kecil yang terdiri atas kumpulan titik-titik.
Kebalikan dari istilah byok yaitu renteng atau galaran. Ini untuk menyebut canting dengan jumlah cucuk genap. Canting ini berfungsi membentuk beberapa garis sekaligus secara bersamaan sehingga didapat jarak yang sama antara garis yang satu dengan yang lainnya. 


Membatik pada dasarnya adalah menutup motif di permukaan kain dengan malam cair (dengan canting) agar cairan pewarna tidak meresap/tidak ikut kena warna ketika kain dicelupkan ke dalam cairan pewarna.


Siapkan terlebih dahulu selembar kain. Lantas kompor berikut wajan kecil untuk mencairkan malam. Sembari menunggu malam cair buat sketsa motif di atas kain dengan mempergunakan pensil. Setelah semua siap, “tulis” motif diatas kain dengan malam cair mempergunakan canting.

melapisi kain dengan cairan malam


Jangan terburu-buru, perlahan saja. Dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan dalam proses membatik. 












Setelah semua motif  di atas kain tertutup lapisan malam kini saatnya proses berikutnya, memberikan pewarnaan. Langkah selanjutnya adalah pengeringan disambung dengan pelorodan untuk menghilangkan sisa-sisa malam yang masih menempel di kain. 

pewarnaan

pengeringan

Siswi-siswi SDN Kauman 1 Malang secara langsung telah mempraktekkan cara membatik secara tradisional. Bagaimana dengan siswa-siswa nya ? Mereka berkesempatan menjajal langsung bagaimana cara membuat gerabah

menyiapkan bahan untuk membuat gerabah

mengolah tanah liat menjadi bentuk yang diinginkan

membuat bentuk asbak, vas, patung kecil, cangkir, dll

asbak dengan aneka bentuk paling diminati

penilaian gerabah yang telah selesai dibuat

Mereka akan bangga bahwa sudah tahu dan pernah bagaimana cara membatik dan membuat gerabah meski secara sederhana. Pengalaman baru yang berharga sekaligus mengesankan buat mereka semua. Experience is the best teacher.

Go Go Go.... Kauman Go.... !

Jogjakarta, Rabu Kliwon, 01 April 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar