Candi Agung Umat Budha
Setelah kurang lebih delapan jam perjalanan.... pulas terlelap di dalam ‘kereta kencana’, kini waktunya menunaikan kewajiban, sholat subuh dan dilanjutkan dengan ‘melemaskan otot’ setelah menempuh perjalanan jauh.
Kami, keluarga besar kelas 5 SDN Kauman 1 Malang hendak ‘menjelajah’ Candi Borobudur pagi ini.
Candi yang terletak di desa Borobudur, Magelang yang berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari tempat kami berada saat ini.
Sebuah
candi yang sudah masyhur di penjuru dunia.
Sebuah candi yang merupakan satu dari tujuh keajaiban dunia serta salah satu situs warisan dunia (World Heritage Site) oleh UNESCO.
Sebuah candi yang merupakan satu dari tujuh keajaiban dunia serta salah satu situs warisan dunia (World Heritage Site) oleh UNESCO.
Jalan raya Magelang - Jogjakarta
Tidak terasa sesaat lagi kami sudah mencapai lokasi.
Papan penunjuk menginformasikan bahwa candi sudah dekat.
Matahari bersinar terang.
Udara cerah disertai hembusan angin sepoi.
Lumayan banyak pengunjung yang datang. Tidak saja turis domestik seperti kami-kami ini tetapi juga wisatawan mancanegara.
Lumayan banyak pengunjung yang datang. Tidak saja turis domestik seperti kami-kami ini tetapi juga wisatawan mancanegara.
Ya,
sebagai candi terbesar di Indonesia, yang
dibangun oleh penganut agama Budha Mahayana pada masa
pemerintahan Wangsa Syailendra, menjadikannya sebagai salah satu tujuan
wisata favorit.
Candi ini juga menjadi pusat ibadah
penganut Buddha di Indonesia dan mancanegara pada setiap perayaan Trisuci Waisak
berlangsung.
Para pedagang dengan sukacita menawarkan dagangannya tiap kali ada pengunjung yang datang . Ojek payung pun tidak ketinggalan menawarkan jasanya, Rp.5000,- Rp.10.000,- sekali sewa payung.
Ada aturan untuk mengunjungi candi
Para pengunjung yang telah dewasa diharuskan memakai kain sarung yang telah disediakan tanpa dipungut biaya alias gratis
Memasuki candi melalui tangga sebelah timur
Berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam melalui lorong candi (pradaksina) tingkat demi tingkat hingga mencapai tingkat tertinggi.
Lantas untuk keluar dari dari
halaman candi melalui tangga sebelah utara.
Ada yang membuat decak kagum kala mengetahui bagaimana cara pembangunan candi. Metode pendirian yang mungkin tidak dapat di telaah menggunakan ilmu konstruksi bangunan.
Tumpukan
balok-balok batu besar yang mampu membuat siapa saja yang datang akan berusaha
untuk bisa mencapai tingkat yang paling atas. Padahal candi ini memiliki 10
tingkat dengan ketinggian sekitar 40 m.
Di setiap tingkat terdapat beberapa
stupa dengan patung Budha di dalamnya. Stupa utama yang terbesar terletak di tingkat paling atas. Berada di
tengah-tengah dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang
di dalamnya terdapat patung Budha duduk bersila dengan sikap tangan Dharmachakramudra
(memutar roda dharma).
Bisa
dibayangkan betapa tingginya dan juga menguras tenaga untuk bisa sampai di
puncaknya, terutama dengan cuaca yang cukup panas seperti ini. Di bawah teriknya sinar mentari anak-anak dengan
riang dan sigap menaiki tingkat demi tingkat. Tenaga maupun semangat mereka memang
tiada duanya. Rawe rawe rantas, malang malang tuntas.
Jogjakarta,
Selasa Wage 31 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar