Sabtu, 18 April 2015

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat


Tempat Lestarinya Budaya Jawa

Bangun tidur,  tidur lagi
Bagun lagi,  tidur lagi
Banguuun,  tidur lagi
Bangun tidur,  tidur lagi
Bagun lagi,  tidur lagi
Banguuun,  tidur lagi
Abis bangun terus mandi
Jangan lupa senam pagi
Kalau lupa,  tiduuuur lagi


Cuplikan lirik lagu almarhum mbah Surip. Lirik lagu yang riang dan jenaka. Membuat siapapun yang mendengarnya akan tersenyum geli atau malah tertawa terkekeh


Hehehe... Nggak gitu juga kale, mbah.... Kita bakal ‘ketinggalan kereta’ kalau molor lagi. Kita punya agenda hebat pagi ini.

Keluarga besar kelas 5 SDN Kauman 1 Malang akan sowan ke tempat kediaman Sultan, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, di lanjut ke Taman Pintar siang harinya.
http://ensudoskop.blogspot.com/2015/04/membatik-taman-pintar-jogjakarta.html



Keraton yang besar dan indah.... 

Keraton tempat peninggalan benda-benda pusaka dan benda-benda kuno bersejarah, yang selama ini hanya kami lihat dan kami dengar dari tivi atau cerita orang-orang. 



Terlebih, kami ingin menyaksikan para abdi dalem keraton yang begitu setia mengabdi tanpa pamrih. 


Sekarang.... pagi ini.... kita akan berangkat kesana ! Luar biasa, bukan ?







Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat  
Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, sebuah keraton yang istimewa di mata saya. Bangunan keraton yang masih berdiri kokoh dan terawat dengan baik sampai sekarang. Bangunan yang masih dipergunakan sebagai tempat menjalankan pemerintahan kesultanan.

Bahkan, di tengah derasnya arus globlalisasi dan kemajuan jaman sebuah budaya (Jawa) tetap eksis dan lestari di tempat ini. Sebuah tempat yang dipergunakan sebagai sentral menimba pengetahuan kebudayaan Jawa, tidak saja masyarakat umum tetapi juga para wisatawan.


Alun-alun Lor
Memasuki pelataran Alun-alun Lor  dari arah Kantor Pos Besar tampak pohon beringin kembar di tengah nya, mengapit jalan masuk menuju pintu utama keraton. 

Beringin dengan pagar di sekelilingnya ini disebut Waringin Sengkeran/Ringin Kurung (beringin yang dipagari). Masing-masing mempunyai nama Kyai Dewadaru dan Kyai Janadaru
Tidak jauh dibelakang nya berdiri megah Bangsal Pagelaran, bangunan utama keraton.

Tepas Pariwisata
Kita tidak dapat masuk melalui pintu utama namun melalui pintu yang berada di samping kanan (barat) keraton dengan menyusuri jalan Rotowijayan. 

Pintu ini dikenal sebagai Tepas Pariwisata (Regol Keben). 

Disinilah tempat kita membeli tiket masuk, Rp.12.500,- /orang ditambah Rp.1000,- bila ingin mengambil foto.



Suasana teduh dan nyaman menyambut para pengunjung yang datang.

Tidak ketinggalan bangunan berarsitektur jawa kuno berdiri ramah....




Mempersilahkan siapa saja untuk
melihat....
mengamati....
mengagumi....
tiap bagian diri maupun ornamen nya yang telah berusia ratusan tahun.

Sri Manganti
Dari Tepas Pariwisata kita akan memasuki kompleks Sri Manganti

Di sini terdapat bangsal dengan peralatan gamelan yang tidak saja lengkap tetapi juga indah. 
Di tempat inilah pertunjukan tari dan seni karawitan gamelan maupun event pariwisata Keraton Yogyakarta biasa digelar. 

Pemandu keraton dengan setia masih menemani kami sembari memberikan penjelasan tentang tempat ini.


Di sebelah timur bangsal Sri Manganti terdapat sebuah bangsal lagi yang dinamakan Bangsal Traju Mas

Dahulunya bangsal ini adalah tempat para pejabat kerajaan mendampingi Sultan ketika menyambut tamu. Sekarang  bangsal ini sudah tidak difungsikan lagi. 
Di sebelah timur bangsal Traju Mas ini terdapat dua pucuk meriam buatan Sultan Hamengku Buwono II yang mengapit sebuah prasasti berbahasa Cina. 
Persis di sebelah nya berdiri Gedhong Parentah Hageng Karaton, gedung Administrasi Tinggi Istana.

Kedhaton
Dari komplek Sri Manganti ini kita akan melihat dengan jelas sebuah pintu gerbang dengan patung raksasa Dwarapala mengapit di kanan kirinya. 

Cinkorobolo disebelah timur dan Bolobuto di sebelah barat. Pintu gerbang atau Regol Donopratopo, demikian sebutannya, adalah pintu untuk masuk ke dalam komplek Kedhaton.



Kedathon merupakan pusat keraton. Halamannya sangat luas dengan hamparan pasir putih di permukaannya. Disini terdapat Bangsal Kencono yang menjadi balairung utama keraton. Di tempat ini lah dilaksanakan berbagai upacara untuk keluarga kerajaan maupun upacara kenegaraan. Di kompleks ini tidak semua bagian bangunan terbuka untuk umum, khususnya dari Bangsal Kencono ke arah barat.


Berhadapan dengan bangsal Kencono berdiri bangunan Gedhong Purworetno, bangunan yang menjadi kantor semasa Sultan Hamengku Buwono V. 

Di sebelah barat Gedhong Purworetno berdiri megah bangunan Gedhong Jene. Sebuah bangunan tempat tinggal resmi (official residence) Sultan yang sedang bertahta. Bangunan yang didominasi warna kuning pada pintu dan tiangnya ini dipergunakan sampai masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono IX.



Di komplek Kedhaton ini anak-anak berpencar secara berkelompok. Dengan antusias dan tak kenal lelah mengumpulkan segala informasi yang diperlukan sebagai bahan laporan tugas. 
Ada banyak hal yang bisa kita lihat di Keraton Yogyakarta ini. 

Koleksi kuno dan bersejarah yang disimpan tersebar di berbagai ruangan maupun dalam kotak kaca mulai dari keramik dan barang pecah belah, senjata, foto, tandu hingga aneka jenis batik beserta proses pembuatannya.

Tidak hanya melulu bangunan atau benda yang bisa dilihat, para pengunjung juga bisa menikmati pertunjukan karawitan atau seni tari/wayang sesuai dengan jadwal yang telah ada.
Teristimewa dari itu semua, kita bisa menyaksikan aktivitas abdi dalem yang sedang melakukan tugasnya sehari-hari. Pekerjaan yang dilakukan dengan tulus dan ikhlas. Pengabdian yang dilakukan tanpa pamrih, semata-mata demi rasa hormat dan cintanya terhadap sang junjungan, Sri Sultan. Sungguh luar biasa.... Membuat saya takjub dan kagum atas kesetiaan para abdi dalem ini.

Beruntung sekali, saat kami hendak mengakhiri kunjungan ada pertunjukan karawitan gamelan.... Sebuah kesempatan baik yang tidak bisa di dapat setiap saat. Tentu saja tidak boleh dilewatkan, bukan ? 
Neng nong neng gung.... Neng nong neng gung.... Kami pun terbuai dengan merdunya alunan gamelan yang berkumandang....




Jogjakarta, Rabu Kliwon, 01 April 2015






Tidak ada komentar:

Posting Komentar