Alun-alun... sebuah tempat yang identik dengan keberadaan
suatu kota. Sebuah kota pasti mempunyai alun-alun sebagai pelengkap
identitasnya, disamping adanya masjid Jami’ dan gedung pemerintahan yang
lokasinya terpadu.
Demikian pula halnya dengan kota Malang, sebuah kota di
dataran tinggi yang berjarak +- 100km dari ibu kota propinsi Jawa Timur.
Istimewanya, kota Malang tidak hanya mempunyai 1 buah tetapi 2 buah alun-alun.
Yang pertama adalah alun-alun yang terpadu dengan masjid Jami’ yang berada di jalan Merdeka. Ini adalah “alun-alun” yang menyertai cikal bakal berdirinya kota Malang. Sebuah tempat yang merupakan pusat aktifitas sehari-hari masyarakat pribumi pada waktu itu.
Istimewanya, kota Malang tidak hanya mempunyai 1 buah tetapi 2 buah alun-alun.
Yang pertama adalah alun-alun yang terpadu dengan masjid Jami’ yang berada di jalan Merdeka. Ini adalah “alun-alun” yang menyertai cikal bakal berdirinya kota Malang. Sebuah tempat yang merupakan pusat aktifitas sehari-hari masyarakat pribumi pada waktu itu.
Kemudian yang kedua adalah “Alun Alun Bundar”.
Lokasinya tidak jauh dari alun-alun yang
pertama, dengan melawati jalan menurun yang terkenal dengan nama Splendid.
Masyarakat setempat sendiri lebih akrab dengan sebutan alun-alun bunder atau “Tugu” saja. Ada yang khas yang di tempat ini. Tepat sekali, pohonnya...!
Pepohonan Trembesi yang telah berusia ratusan tahun mengelilingi tempat ini. Membuat suasana menjadi demikian teduh dan berhawa sejuk meski saat tengah hari.
Masyarakat setempat sendiri lebih akrab dengan sebutan alun-alun bunder atau “Tugu” saja. Ada yang khas yang di tempat ini. Tepat sekali, pohonnya...!
Pepohonan Trembesi yang telah berusia ratusan tahun mengelilingi tempat ini. Membuat suasana menjadi demikian teduh dan berhawa sejuk meski saat tengah hari.
Menilik keberadaannya, awalnya alun-alun ini sengaja dibuat
untuk kepentingan warga Belanda yang tinggal di kawasan sekitar alun-alun
tersebut. Warga pribumi tidak diperbolehkan memasuki nya.
Sekarang ini lokasinya
dikelilingi oleh gedung Balaikota, hotel Splendid Inn, hotel Tugu
(bangunan baru, dahulu rumah tinggal), aula SKODAM, SMAN 1, 3, dan 4 (dahulu
HBS/AMS), serta gedung DPRD (bangunan baru, dahulu rumah tinggal). Tidak jauh
disebelah timurnya, melewati jalan Kertanegara, berdiri bangunan stasiun Kotabaru. Sebuah
lokasi yang strategis.
Pada masa pemerintahan kolonial, yakni pada masa
pemerintahan Gubernur Jenderal Jaan
Pieter Zoen
Coen, dinamakan alun-alun bundar karena bentuknya yang bulat
melingkar. Berupa taman tanpa tambahan bangunan apapun
didalamnya. Taman ini dibangun sebagai
bagian dari halaman gedung Gubernur Hindia Belanda (sekarang Balaikota).
Kondisi
ini berlangsung hingga lebih kurang 1 tahun setelah Indonesia menyatakan
kemerdekaannya.
Dengan adanya perubahan kondisi pemerintahan ini warga kota Malang menghendaki agar kotanya tidak lagi dipimpin oleh orang Belanda tetapi diganti dengan orang Indonesia sendiri.
Untuk menandai perubahan ini maka dibangunlah sebuah monumen yang berupa tugu di tengah alun-alun bundar yang peletakan batu pertamanya oleh Ir.Soekarno dan A.G.Suroto.
Dengan adanya perubahan kondisi pemerintahan ini warga kota Malang menghendaki agar kotanya tidak lagi dipimpin oleh orang Belanda tetapi diganti dengan orang Indonesia sendiri.
Untuk menandai perubahan ini maka dibangunlah sebuah monumen yang berupa tugu di tengah alun-alun bundar yang peletakan batu pertamanya oleh Ir.Soekarno dan A.G.Suroto.
Warga kota Malang bangga dengan kemegahan monumen Tugu
kotanya. Namun sayang sekali tidak bertahan lama. Perang kembali melanda.
Monumen Tugu ini menjadi target penghancuran saat Belanda memasuki kota Malang pada Agresi Militer Belanda I tahun 1948.
Hal ini tidak membuat warga Malang patah semangat. Rawe rawe rantas malang malang tuntas, pada tahun 1952 tugu ini dibangun kembali dan diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 20 Mei 1953.
Sungguh indah...
Keindahan yang makin bertambah
dengan adanya taman yang cantik dan asri di sekelilingnya.
Tidak heran bila di sore hari banyak masyarakat yang melewatkan waktu
dengan bersantai di tempat ini,
sembari menunggu terbenamnya matahari yang memerah di ufuk barat.
Sebuah momen yang tidak boleh dilewatkan.
Malam hari juga tidak kalah indah.
Lampu berwarna-warni menerangi monumen tugu yang berpadu dengan air mancur yang mempunyai efek kabut.....
Monumen Tugu ini menjadi target penghancuran saat Belanda memasuki kota Malang pada Agresi Militer Belanda I tahun 1948.
Hal ini tidak membuat warga Malang patah semangat. Rawe rawe rantas malang malang tuntas, pada tahun 1952 tugu ini dibangun kembali dan diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 20 Mei 1953.
Bentuk monumen
tugu mempunyai makna sendiri yang mendalam. Jadi tidak asal dibangun
begitu saja. Bentuknya yang mirip dengan es lilin dengan ujung yang runcing
melambangkan bentuk bambu runcing sebagai alat perjuangan yang ampuh untuk
melawan penjajah.
Kini Alun Alun Bundar
menjadi salah satu ikon kota Malang. Selain pohon Trembesi yang menjadi
ciri khas ada satu lagi yang menjadi trade mark nya, yaitu tanaman
teratai yang memenuhi kolam disekeliling tugu. Ungu yang begitu mempesona
di kala sedang mekar.
Sungguh indah...
Keindahan yang makin bertambah
dengan adanya taman yang cantik dan asri di sekelilingnya.
Tidak heran bila di sore hari banyak masyarakat yang melewatkan waktu
dengan bersantai di tempat ini,
sembari menunggu terbenamnya matahari yang memerah di ufuk barat.
Sebuah momen yang tidak boleh dilewatkan.
Malam hari juga tidak kalah indah.
Lampu berwarna-warni menerangi monumen tugu yang berpadu dengan air mancur yang mempunyai efek kabut.....
It’s so beautiful !
Suasana yang
membikin betah untuk berlama-lama di sini.
Bagaimana, sudah siap mlaku-mlaku ke Alun alun Bundar
?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar