Kamis, 11 Desember 2014

Nasib

Sebenarnya tidak ada yang istimewa melihat pengemis, pengamen atau pedagang asongan mangkal di perempatan/pertigaan jalan. Biasa saja alias sudah jamak. Namun kali ini bagi saya terasa lain, ada sesuatu yang berbeda. Menarik untuk diperhatikan.
                                            
Pertigaan jalan Ciliwung adalah rute yang sering saya lewati. Begitu juga dengan pertigaan ini,  akan dijumpai pengemis, pedagang koran atau pengamen. Tidak selalu bersamaan mangkalnya, adakalanya sendirian saja.

Tiap kali melintas saya jumpai ada pedagang koran. Seorang perempuan muda dengan kondisi fisik yang cukup sehat. Sebuah topi menghiasi kepalanya, melindungi dari terik matahari. Dengan sukacita ditawarkannya koran yang dibawa kepada pengguna jalan yang sedang berhenti karena lampu merah. Berjalan mulai dari ujung lampu merah hingga deretan mobil yang ke 4-5. Nampak begitu bersemangat. Koraaan.. koraaan... Koran pak...

Tidak jauh dibelakangnya, seorang wanita muda juga seperti dia. Bukan menjajakan koran ataupun sedang mengamen namun mengemis ! Ya, mengemis dengan menggendong seorang anak perempuan kecil. Menghiba mengharapkan belas kasihan dari pengguna jalan. Menadahkan tangan menanti uluran rupiah.

Sungguh sebuah pemandangan yang kontras. Mencolok mata kalau boleh saya bilang. Keduanya masih muda dan sehat, namun memiliki mentalitas yang berbeda. 

Seorang, kelihatan kegigihannya. Nampak adanya semangat pantang menyerah melakoni hidup ini. Dia masih memiliki keinginan untuk berusaha. Kemauan untuk bekerja keras. Seorang lainnya, memperlihatkan sosok yang pasrah, mudah menyerah. Menggantungkan diri dengan apa yang disebut dengan “nasib”. Ya, nasib... Kerap dijadikan alasan atas ketidakmampuan atau kegagalan seseorang. 

Saya jadi teringat dengan apa yang dikatakan oleh Rhonda Byrne, bahwa  “Anda dapat memiliki dan melakukan segala sesuatu yang anda inginkan”.


Bagaimana menurut anda  ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar