Tidak
terasa sudah menginjak hari Jumat lagi. Saatnya bagi umat muslim untuk menunaikan
sholat jumat, sholat wajib berjamaah di masjid.
Lantunan merdu suara adzan belum lama
selesai berkumandang. Para jamaah masih
berdatangan. Ada yang dengan berjalan kaki, ada pula yang mengendarai
kendaraan.
![]() |
Para jamaah yang masih terus mengalir masuk meski di dalam sudah padat |
Semakin
lama semakin banyak. Rasa-rasanya masjid ini tidak muat untuk menampung jamaah
yang mengalir masuk, mencari tempat yang kosong di dalam.
Saya sendiri sempat was-was,
kawatir kalau-kalau tidak mendapatkan tempat.
Alhamdulillah, akhirnya dapat juga meskipun tidak terlalu longgar. Yang penting masih bisa muat untuk kami, saya, pak Tarwanto, pak Rusdi dan pak Saiful. Tidak menunggu lama kami pun langsung menggelar sajadah yang kami bawa.
Alhamdulillah, akhirnya dapat juga meskipun tidak terlalu longgar. Yang penting masih bisa muat untuk kami, saya, pak Tarwanto, pak Rusdi dan pak Saiful. Tidak menunggu lama kami pun langsung menggelar sajadah yang kami bawa.
Imam
sholat jumat mulai menyampaikan mukadimah ceramah, yang memang dilafalkan dalam
bahasa Arab. Entah mengapa saya merasa mengantuk. Tidak terasa kepala perlahan tertunduk.
Mata mulai terpejam... namun masih bisa mendengar. Kondisi tidur ayam, begitu
orang-orang bilang.
![]() |
Suasana di dalam masjid yang penuh sesak |
Saya merasa ada yang aneh. Ceramah sudah berjalan cukup lama tetapi kok masih memakai bahasa Arab, tidak berganti dengan bahasa Indonesia seperti yang biasa saya dengarkan.
Dalam
kondisi setengah sadar dengan lirih saya bertanya,
“Pak Tar, ceramahnya kok pakai bahasa Arab sih. Kita kan jadi nggak ngerti isi ceramahnya”
“Pak Tar, ceramahnya kok pakai bahasa Arab sih. Kita kan jadi nggak ngerti isi ceramahnya”
“Kayak
di Saudi ae pakai bahasa Arab terus”, lanjutku
dengan mata masih terpejam.
Hening
sesaat.
“Mas...., kita kan memang lagi di Saudi”, jawab pak Tar singkat dengan
nada geli.
Aku
masih terdiam. Pikiranku belum respon, layaknya ikan belum tersangkut kail. “Di
Saudi...?”, aku membatin...
Kesadaranku
beranjak pulih. Mataku sontak terbuka. Kulihat sajadahku. Perlahan kudongakkan
kepala. Bukan tembok yang aku saksikan, bukan pula imam yang sedang memberikan
ceramah... melainkan bangunan Kabah.
Ya..., Kabah dengan kiswah hitamnya yang anggun
dan indah.
![]() |
Allahu Akbar, Baitullah ada di depan mata |
Subhanallah...
Apakah aku bermimpi ? Di hadapanku
memang bediri anggun bangunan Kabah. Berarti... berarti saya ada di Masjidil
Haram. Masjid yang besar nan megah lagi indah dengan kabah di tengahnya.
Masjid
agung yang dirindukan semua umat muslim di seluruh dunia...
Rindu untuk kembali
lagi selagi nafas masih dikandung badan. Bersua kembali dengan Baitullah...
Suatu anugerah tersendiri bisa melaksanakan sholat jumat maupun sholat fardhu
berjamaah dengan menyaksikan kiblat dihadapan mata. Sebuah kenikmatan yang
tiada taranya...
“Ya
Allah lapangkanlah jalan saudara-saudara kami sehingga dapat menginjakkan kaki
ke tanah suci, seperti halnya kami yang sudah Engkau perkenankan menjadi tamu
Mu, semata-mata hanya untuk beribadah kepada Mu. Aamiin Ya Rabbalalamin”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar