Naik kereta api tut tut tut
Siapa hendak turut
Ke Bandung Surabaya boleh lah naik dengan
percuma
Ayo kawanku lekas naik keretaku tak
berhenti lama
Amboi... Sungguh ceria iramanya. Lirik nya pun sederhana
dan mudah di ingat. Sebuah lagu anak
anak yang masih melekat kuat di ingatanku meskipun telah bertahun tahun
berlalu. Memang mengasyikkan naik kereta api. Melihat pemandangan yang indah
menyejukkan hati. Deretan sawah hijau menghampar. Nyiur melambai lambai. Pohon
pohon riang berkejaran. Makin lengkap dengan gemuruh suara roda kereta api yang
berirama.
Saat ini saya dan para bapak ibu wali murid sedang berada di
dalam gerbong kereta api Panataran jurusan Malang Blitar. Mengikuti rombongan
murid murid SDN Kauman 1 Malang yang hendak studi wisata ke Candi
Panataran dan Makam bung Karno.
Matahari ku ada di antaranya, duduk
di pinggir dekat jendela. Keceriaan terpancar dari raut mukanya, sama seperti wajah
teman teman nya yang lain juga. Senda gurau, gelak tawa menyelingi obrolan
mereka. Suasana riang gembira menyelimuti seluruh gerbong. Pantas saja mereka
demikian antusias dan bersemangat karena inilah kali pertama mereka naik kereta
api beramai ramai dengan teman sekolah.
Perjalanan kembali ke malang
juga tidak kalah seru. Seharian setelah berkeliling kompleks candi yang demikian luas dan masih ditambah dengan
kunjungan ke makam bung Karno tidak menyurutkan semangat mereka semua.
Tidak ada
wajah wajah murung. Tidak nampak wajah wajah kelelahan. Senda gurau masih tidak
lepas dari tingkah mereka yang enerjik. Malahan masih sempat sempatnya nanggap
pengamen yang kebetulan lewat. Minta dinyanyikan beberapa lagu yang salah
satunya sedang ngetop, Bukak Sitik Jos. Dan... astaga..., mereka semua dengan
spontan dan serentak ikut menyanyikannya ! Kami hanya bisa geleng geleng kepala
menyaksikan aksi yang luar biasa ini.
Ya, sekarang ini naik kereta api benar benar berbeda
suasananya dibandingkan sebelumnya. Penumpang yang berjubel tidak akan dijumpai
lagi. Para penumpang duduk sesuai dengan nomor kursi masing masing. Kini
pembelian tiket kereta api harus sesuai dengan nama calon penumpang, mirip
seperti pembelian tiket pesawat. Jadi para penumpang sudah tidak bisa seenaknya
apalagi sampai berebut tempat duduk. Begitu juga halnya dengan pedagang asongan
dan pengamen.
Jumlah mereka yang boleh berdagang di dalam gerbong dibatasi.
Memang demikianlah semestinya. Jangan sampai mematikan mata pencaharian mereka.
Apalagi keberadaan pedagang asongan dan pengamen memberikan warna tersendiri.
Mereka membuat suasana kereta api kelas ekonomi seperti ini menjadi lebih hidup.
Dengan adanya penertiban akibatnya sudah bisa ditebak. Suasana di dalam gerbong
menjadi lebih aman dan nyaman. Apalagi tiap gerbong telah dilengkapi dengan
pendingin udara (AC) !
Ayo kita naik kereta api beramai ramai... !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar